Kamis, 05 April 2012

PERMASALAHAN REMAJA


A.    Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya (Mussen, Conger & Kagan, 1969 ). Hal ini adalah karena selama periode ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi berkembang memproses informasi dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe ( belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral ). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan rencana strategis atau kemampuan mengambil keputusan( Carol & David R, 1995).
Fase remaja ini merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik ( seksual ) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya; 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir; 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung(dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa “Strom & Stress”. Frustasi dan penderitaan,konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi ( tersisihkan ) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976)
B.     Perkembangan masa remaja
1.      Perkembangan Fisik.
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan- perubahan psikologis (Sarwono, 1994).
Berikut ini akan dijelaskan beberapa dimensi perubahan fisik yang terjadi selama masa remaja.


-          Perubahan dalam tinggi dan berat.
Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja laki-laki adalah 69 inci sedangkan perempuan hanya 64 inci.
Adapun faktor penyebab laki-laki rata-rata lebih tinggi daripada perempuan adalah karena laki-laki memulai peemaja jugarcepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lama dibandingkan dengan anak perempuan.

-          Perubahan dalam proporsi tubuh.
Seiring dengan pertambahan tinggi dan berata badan, percepatan pertumbuhan pada masa remaja juga terjadi terhadap proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki yang sering terjadi tidak proporsional.
Perubahan-perubahan proporsi dalam masa remaja, juga terlihat pada perubahan ciri wajah dimana wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi,yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas,mulut melebar, dan bibir menjadi lebih penuh.

-          Perubahan pubertas.
Pubertas ialah suatu periode dimana kematangan rangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada masa awal remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubajan yang terjadi pada masa remaja, yang di tandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks skunder.

-          Perubahan ciri-ciri seks primer.
Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seks primer ini berbeda antara laki-laki dan anak perempuan. Bagi anak laki-laki, ciri-ciri seks primer yang sangat penting ditunjukan dengan pertumbuhan yang cepat dari batang kemaluan dan kantung kemaluan yang mulai terjadi pada usia sekitar 12 tahun dan berlangsung sekitar 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum (Seifert & Hoffnung, 1994). Sementara pada anak perempuan, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi. Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang,sehingga memungkinkan mereka mengandung dan melahirkan anak.

-          Perubahan ciri-ciri seks sekunder.
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmani yang berlangsung berhubungan dengan proses reproduksi,namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara anak laki-laki dan perempuan.

2.      Perkembangan Kognitif.
Pada tahap ini remaja sudah mampu berfikir secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan semua permasalahan.
Berikut adalah bagian-bagian dari perkembangan kognitif :
-          Perkembangan pengambilan keputusan
-          Perkembangan orientasi masa depan
-          Perkembangan kognisi sosial
-          Perkembangan penaralan moral
-          Perkembangan pemahaman tentang agama

3.      Perkembangan Psikososial.
Sebagaimana telah di jelaskan diatas bahwa selama ini selama masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan-perubahan secara fisik dan kognitif tersebut, ternyata berpengaruh pada perubahan dalam perkembangan psikososial mereka.
Berikut adalah beberapa aspek perkembangan sosial yang penting dalam masa remaja:
-          Perkembangan individuasi dan identitas
-          Perkembangan hubungan dengan orang tua
-          Perkembangan hubungan dengan teman sebaya
-          Perkembangan seksualitas
-          Perkembangan proaktivitas
-          Perkembangan resiliensi (daya lentur)
C.    Permasalahan Remaja.
Beberapa permasalahan utama yang sering dialami oleh remaja, yaitu sebagai berikut:

1.    Masalah Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan atau keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain atau puni dola-idola mereka.
Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine dan Smolak menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, dada,peart, dan paha. Dalam sebuah penelitian survei pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya. Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, dan perilaku makan yang maladaptive. Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesarnya adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan bereksplorasi.
2.    Masalah Alkohol dan Obat-obatan Terlarang

Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengonsumsi narkoba yaitu sebagai berikut.
a.       Karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,
maupun untuk kompensasi.
b.      Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi,
kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan
perpisahan orang tua
c.         Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai
simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan
hedonis, dan Iain-Iain.
d.      Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dan Iain-Iain.
e.       Cinta dan hubungan heteroseksual.
f.       Permasalahan seksual.
g.      Hubungan remaja dengan kedua orang tua.
3.      Masalah Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith dan Anderson, menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol, dan narkoba.
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik frii bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”. Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan, dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid dan Feiditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya.
Di antara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat memengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah: pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakaian remaja. Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini, banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.


D.    Solusi Permasalahan Remaja
Tips untuk Orangtua
Dalam usia remaja, kemampuan penentuan diri inilah yang semestinya dilatih.  Remaja seperti juga semua manusia lainnya – belajar dari kesalahan. Bagi para orangtua ada baiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1.      Mulailah menganggap anak remaja sebagai teman dan akuilah ia sebagai orang yang akan berangkat dewasa.  Seringkali orangtua tetap memperlakukan anak remaja mereka seperti anak kecil, meskipun mereka sudah berusaha menunjukkan bahwa keberadaan mereka sebagai calon orang dewasa.

2.      Hargai perbedaan pendapat dan ajaklah berdiskusi secara terbuka.  Nasihat yang berbentuk teguran atau yang berkesan menggurui akan tidak seefektif forum diskusi terbuka. Tidak ada yang lebih dihargai oleh para remaja selain sosok orangtua bijak yang bisa dijadikan teman.

3.      Tetaplah tegas pada nilai yang anda anut walaupun anak remaja anda mungkin memiliki pendapat dan nilai yang berbeda.  Biarkan nilai anda menjadi jangkar yang kokoh di mana anak remaja anda bisa berpegang kembali setelah mereka lelah membedakan dan mempertanyakan alternatif nilai yang lain.   Larangan yang kaku mungkin malah akan menyebabkan sikap pemberontakan dalam diri anak anda.

4.      Jangan malu atau takut berbagi masa remaja anda sendiri.  Biarkan mereka mendengar dan belajar apa yang mendasari perkembangan diri anda dari pengalaman anda.  Pada dasarnya,  tidak ada anak remaja yang ingin kehilangan orangtuanya

5.      Mengertilah bahwa masa remaja untuk anak anda adalah masa yang sulit.  Perubahan mood sering terjadi dalam durasi waktu yang pendek, jadi anda tidak perlu panik jika anak remaja anda yang biasanya riang tiba-tiba bisa murung dan menangis lalu tak lama kemudian kembali riang tanpa sebab yang jelas.

6.      Jangan terkejut jika anak anda bereksperimen dengan banyak hal, misalnya mencat rambutnya menjadi biru atau ungu, memakai pakaian serba sobek, atau tiba-tiba ber bungee-jumping ria. Selama hal-hal itu tidak membahayakan, mereka layak mencoba masuk ke dalam dunia yang berbeda dengan dunia mereka saat ini.  Berikanlah ruang pada mereka untuk mencoba berbagai peran yang cocok bagi masa depan mereka.  Ada remaja yang menurut tanpa membantah keinginan orangtua mereka dalam menentukan peran mereka, misalnya jika kakek sudah dokter, ayah dokter, kelak iapun “diharapkan dan disiapkan” untuk menjadi dokter pula. Namun ada juga anak remaja yang memang tidak ingin masuk ke dalam dunia yang sama dengan orangtua mereka. Dalam hal ini janganlah memaksakan anak mengikuti kehendak orangtua.

7.      Kenali teman-teman anak remaja anda.  Bertemanlah dengan mereka jika itu memungkinkan.  Namun waspadalah jika anak anda sangat tertutup dengan dunia remajanya. Mungkin ia tidak/ kurang mempercayai anda atau ada yang disembunyikannya.

Masa remaja adalah masa-masa yang penting bagi individu dan menjadi masa-masa yang rentan terhadap masalah-masalah yang akan muncul. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikandan dan bidang-bidang lainnya dapat  di lewati dengan baik,lancar,terarah dan terkontrol.


DAFTAR PUSTAKA:
Desmita,(2005).Psikologi Perkembangan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu, L.N.(2006).Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Monks, F.J. Knoers, A.M.P dan Haditono, S.R.(1999).Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada Press.
Papalia, Olds, dan Feldman.(2009).Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta:Salemba Humanika.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar