Kamis, 05 April 2012

PERMASALAHAN REMAJA


A.    Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya (Mussen, Conger & Kagan, 1969 ). Hal ini adalah karena selama periode ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi berkembang memproses informasi dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe ( belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral ). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan rencana strategis atau kemampuan mengambil keputusan( Carol & David R, 1995).
Fase remaja ini merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik ( seksual ) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya; 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir; 19-22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung(dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa “Strom & Stress”. Frustasi dan penderitaan,konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi ( tersisihkan ) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, 1976)
B.     Perkembangan masa remaja
1.      Perkembangan Fisik.
Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan- perubahan psikologis (Sarwono, 1994).
Berikut ini akan dijelaskan beberapa dimensi perubahan fisik yang terjadi selama masa remaja.


-          Perubahan dalam tinggi dan berat.
Tinggi rata-rata anak laki-laki dan perempuan pada usia 12 tahun adalah sekitar 59 atau 60 inci. Tetapi, pada usia 18 tahun, tinggi rata-rata remaja laki-laki adalah 69 inci sedangkan perempuan hanya 64 inci.
Adapun faktor penyebab laki-laki rata-rata lebih tinggi daripada perempuan adalah karena laki-laki memulai peemaja jugarcepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lama dibandingkan dengan anak perempuan.

-          Perubahan dalam proporsi tubuh.
Seiring dengan pertambahan tinggi dan berata badan, percepatan pertumbuhan pada masa remaja juga terjadi terhadap proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa remaja menjadi terlalu besar. Hal ini terlihat jelas pada pertumbuhan tangan dan kaki yang sering terjadi tidak proporsional.
Perubahan-perubahan proporsi dalam masa remaja, juga terlihat pada perubahan ciri wajah dimana wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi,yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas,mulut melebar, dan bibir menjadi lebih penuh.

-          Perubahan pubertas.
Pubertas ialah suatu periode dimana kematangan rangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada masa awal remaja. Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubajan yang terjadi pada masa remaja, yang di tandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks skunder.

-          Perubahan ciri-ciri seks primer.
Ciri-ciri seks primer menunjuk pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seks primer ini berbeda antara laki-laki dan anak perempuan. Bagi anak laki-laki, ciri-ciri seks primer yang sangat penting ditunjukan dengan pertumbuhan yang cepat dari batang kemaluan dan kantung kemaluan yang mulai terjadi pada usia sekitar 12 tahun dan berlangsung sekitar 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum (Seifert & Hoffnung, 1994). Sementara pada anak perempuan, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai dengan munculnya periode menstruasi. Terjadinya menstruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang,sehingga memungkinkan mereka mengandung dan melahirkan anak.

-          Perubahan ciri-ciri seks sekunder.
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmani yang berlangsung berhubungan dengan proses reproduksi,namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara anak laki-laki dan perempuan.

2.      Perkembangan Kognitif.
Pada tahap ini remaja sudah mampu berfikir secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik untuk memecahkan semua permasalahan.
Berikut adalah bagian-bagian dari perkembangan kognitif :
-          Perkembangan pengambilan keputusan
-          Perkembangan orientasi masa depan
-          Perkembangan kognisi sosial
-          Perkembangan penaralan moral
-          Perkembangan pemahaman tentang agama

3.      Perkembangan Psikososial.
Sebagaimana telah di jelaskan diatas bahwa selama ini selama masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang dramatis, baik dalam fisik maupun dalam kognitif. Perubahan-perubahan secara fisik dan kognitif tersebut, ternyata berpengaruh pada perubahan dalam perkembangan psikososial mereka.
Berikut adalah beberapa aspek perkembangan sosial yang penting dalam masa remaja:
-          Perkembangan individuasi dan identitas
-          Perkembangan hubungan dengan orang tua
-          Perkembangan hubungan dengan teman sebaya
-          Perkembangan seksualitas
-          Perkembangan proaktivitas
-          Perkembangan resiliensi (daya lentur)
C.    Permasalahan Remaja.
Beberapa permasalahan utama yang sering dialami oleh remaja, yaitu sebagai berikut:

1.    Masalah Fisik dan Kesehatan
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan atau keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain atau puni dola-idola mereka.
Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine dan Smolak menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, dada,peart, dan paha. Dalam sebuah penelitian survei pun ditemukan hampir 80% remaja ini mengalami ketidakpuasan dengan kondisi fisiknya. Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, dan perilaku makan yang maladaptive. Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.
Dalam masalah kesehatan tidak banyak remaja yang mengalami sakit kronis. Problem yang banyak terjadi adalah kurang tidur, gangguan makan, maupun penggunaan obat-obatan terlarang. Beberapa kecelakaan, bahkan kematian pada remaja penyebab terbesarnya adalah karakteristik mereka yang suka bereksperimentasi dan bereksplorasi.
2.    Masalah Alkohol dan Obat-obatan Terlarang

Ada kekhasan mengapa remaja menggunakan narkoba/ napza yang kemungkinan alasan mereka menggunakan berbeda dengan alasan yang terjadi pada orang dewasa. Santrock menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengonsumsi narkoba yaitu sebagai berikut.
a.       Karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,
maupun untuk kompensasi.
b.      Pengaruh sosial dan interpersonal: termasuk kurangnya kehangatan dari orang tua, supervisi,
kontrol dan dorongan. Penilaian negatif dari orang tua, ketegangan di rumah, perceraian dan
perpisahan orang tua
c.         Pengaruh budaya dan tata krama: memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai
simbol penolakan atas standar konvensional, berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan
hedonis, dan Iain-Iain.
d.      Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, orang yang memiliki lokus kontrol eksternal, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk, dan Iain-Iain.
e.       Cinta dan hubungan heteroseksual.
f.       Permasalahan seksual.
g.      Hubungan remaja dengan kedua orang tua.
3.      Masalah Moral, Nilai, dan Agama
Lain halnya dengan pendapat Smith dan Anderson, menurutnya kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol, dan narkoba.
Salah satu akibat dari berfungsinya hormon gonadotrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah munculnya perasaan saling tertarik antara remaja pria dan wanita. Perasaan tertarik frii bisa meningkat pada perasaan yang lebih tinggi yaitu cinta romantis (romantic love) yaitu luapan hasrat kepada seseorang atau orang yang sering menyebutnya “jatuh cinta”. Santrock (2003) mengatakan bahwa cinta romatis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan hal yang penting bagi para siswa. Cinta romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat seksual, kesenangan, dan rasa cemburu. Tidak semua emosi ini positif. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Bercheid dan Feiditemukan bahwa cinta romantis merupakan salah satu penyebab seseorang mengalami depresi dibandingkan dengan permasalahan dengan teman.
Tipe cinta yang lain adalah cinta kasih sayang (affectionate love) atau yang sering disebut cinta kebersamaan yaitu saat muncul keinginan individu untuk memiliki individu lain secara dekat dan mendalam, dan memberikan kasih sayang untuk orang tersebut. Cinta kasih sayang ini lebih menandai masa percintaan orang dewasa daripada percintaan remaja.
Dengan telah matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Problem tentang seksual pada remaja berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya.
Di antara perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja yang dapat memengaruhi hubungan orang tua dengan remaja adalah: pubertas, penalaran logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak tercapai, perubahan di sekolah, teman sebaya, persahabatan, pacaran, dan pergaulan menuju kebebasan.
Beberapa konflik yang biasa terjadi antara remaja dengan orang tua hanya berkisar masalah kehidupan sehari-hari seperti jam pulang ke rumah, cara berpakaian, merapikan kamar tidur. Konflik-konflik seperti ini jarang menimbulkan dilema utama dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang maupun kenakaian remaja. Beberapa remaja juga mengeluhkan cara-cara orang tua memperlakukan mereka yang otoriter, atau sikap-sikap orang tua yang terlalu kaku atau tidak memahami kepentingan remaja.
Akhir-akhir ini, banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilai-nilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda.
Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Pengasahan terhadap hati nurani sebagai pengendali internal perilaku remaja menjadi sangat penting agar remaja bisa mengendalikan perilakunya sendiri ketika tidak ada orang tua maupun guru dan segera menyadari serta memperbaiki diri ketika dia berbuat salah.
Dari beberapa bukti dan fakta tentang remaja, karakteristik dan permasalahan yang menyertainya, semoga dapat menjadi wacana bagi orang tua untuk lebih memahami karakteristik anak remaja mereka dan perubahan perilaku mereka. Perilaku mereka kini tentunya berbeda dari masa kanak-kanak. Hal ini terkadang yang menjadi stressor tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya, butuh tenaga dan kesabaran ekstra untuk benar-benar mempersiapkan remaja kita kelak menghadapi masa dewasanya.


D.    Solusi Permasalahan Remaja
Tips untuk Orangtua
Dalam usia remaja, kemampuan penentuan diri inilah yang semestinya dilatih.  Remaja seperti juga semua manusia lainnya – belajar dari kesalahan. Bagi para orangtua ada baiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1.      Mulailah menganggap anak remaja sebagai teman dan akuilah ia sebagai orang yang akan berangkat dewasa.  Seringkali orangtua tetap memperlakukan anak remaja mereka seperti anak kecil, meskipun mereka sudah berusaha menunjukkan bahwa keberadaan mereka sebagai calon orang dewasa.

2.      Hargai perbedaan pendapat dan ajaklah berdiskusi secara terbuka.  Nasihat yang berbentuk teguran atau yang berkesan menggurui akan tidak seefektif forum diskusi terbuka. Tidak ada yang lebih dihargai oleh para remaja selain sosok orangtua bijak yang bisa dijadikan teman.

3.      Tetaplah tegas pada nilai yang anda anut walaupun anak remaja anda mungkin memiliki pendapat dan nilai yang berbeda.  Biarkan nilai anda menjadi jangkar yang kokoh di mana anak remaja anda bisa berpegang kembali setelah mereka lelah membedakan dan mempertanyakan alternatif nilai yang lain.   Larangan yang kaku mungkin malah akan menyebabkan sikap pemberontakan dalam diri anak anda.

4.      Jangan malu atau takut berbagi masa remaja anda sendiri.  Biarkan mereka mendengar dan belajar apa yang mendasari perkembangan diri anda dari pengalaman anda.  Pada dasarnya,  tidak ada anak remaja yang ingin kehilangan orangtuanya

5.      Mengertilah bahwa masa remaja untuk anak anda adalah masa yang sulit.  Perubahan mood sering terjadi dalam durasi waktu yang pendek, jadi anda tidak perlu panik jika anak remaja anda yang biasanya riang tiba-tiba bisa murung dan menangis lalu tak lama kemudian kembali riang tanpa sebab yang jelas.

6.      Jangan terkejut jika anak anda bereksperimen dengan banyak hal, misalnya mencat rambutnya menjadi biru atau ungu, memakai pakaian serba sobek, atau tiba-tiba ber bungee-jumping ria. Selama hal-hal itu tidak membahayakan, mereka layak mencoba masuk ke dalam dunia yang berbeda dengan dunia mereka saat ini.  Berikanlah ruang pada mereka untuk mencoba berbagai peran yang cocok bagi masa depan mereka.  Ada remaja yang menurut tanpa membantah keinginan orangtua mereka dalam menentukan peran mereka, misalnya jika kakek sudah dokter, ayah dokter, kelak iapun “diharapkan dan disiapkan” untuk menjadi dokter pula. Namun ada juga anak remaja yang memang tidak ingin masuk ke dalam dunia yang sama dengan orangtua mereka. Dalam hal ini janganlah memaksakan anak mengikuti kehendak orangtua.

7.      Kenali teman-teman anak remaja anda.  Bertemanlah dengan mereka jika itu memungkinkan.  Namun waspadalah jika anak anda sangat tertutup dengan dunia remajanya. Mungkin ia tidak/ kurang mempercayai anda atau ada yang disembunyikannya.

Masa remaja adalah masa-masa yang penting bagi individu dan menjadi masa-masa yang rentan terhadap masalah-masalah yang akan muncul. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikandan dan bidang-bidang lainnya dapat  di lewati dengan baik,lancar,terarah dan terkontrol.


DAFTAR PUSTAKA:
Desmita,(2005).Psikologi Perkembangan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu, L.N.(2006).Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Monks, F.J. Knoers, A.M.P dan Haditono, S.R.(1999).Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada Press.
Papalia, Olds, dan Feldman.(2009).Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta:Salemba Humanika.





PSIKOLOGI KONSTITUSI SHELDON

           RIWAYAT HIDUP W.H SHELDON
  
 W.H Sheldon dilahirkan pada tahun 1899 di warwick, Rhode Island, dan di besarkan disana dalam suasana pertanian. Suasana ketika ia dibesarkan itu memiliki pengaruh besar dalam perkembangan hidupnya dan pandangan-pandangannya terhadap manusia.
Jenjang pendidikan W.H Sheldon diantaranya, public school, Brown University dan mendapat gelar B.A (1919). Kemudian di universitas Colorado mendapatkan gelar M.A serta gelar Ph.D dalam psikologi di Universitas Chicago. Kemudian pada tahun 1924-1926 menjadi instruktur dalam psikologi di universitas tersebut. Tahun 1926-1927 ia menjadi guru besar pembantu di Universitas Wisconsin. Sheldon sempat melanjutkan pendidikannya dengan bantuan beasiswa untuk mempelajari psikiatri selama 2 tahun. Sebagian waktunya ia habiskan untuk belajar pada C.G. Jung di Zurich dan juga pada kretschmer.
Setelah ia kembali ke Amerika Serikat, Sheldon diangkat menjadi guru besar psikologi di Universitas Chicago. Tahun 1938 ia pindah ke Harvard sampai pecah perang dunia II. Pada tahun 1947, Sheldon di angkat menjadi direktur Laboratorium Konstitusi pada College of Physicia and surgeons, Un Columbia.
Dilihat dari tulisan-tulisan dari Sheldon terlihat pengaruh-pengaruh dari ahli-ahli konstitusional yang terdahulu terutama Kretschmer dan Viola. Selanjutnya juga terdapat pengaru Freud dan Jung .
Dalam teori Sheldon dapat dikemukakan bahwa struktur jasmani merupakan yang utama berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. Adapun yg menjadi landasan sikapnya yan lebih mementingkan jasmani beserta pengukuran-pengukuranya itu ialah keyakinan yang kuat, bahwa factor-faktor keturunan sangat penting dalam menentukan tingkah laku.

POKOK-POKOK TEORI SHELDON

1.      1. Struktur tubuh ( Jasmani )
Sheldon menentukan dan memberikan ukuran-ukuran daripada komponen-komponen jasmaniah manusia. Sheldon tidak hanya ngin mendapatkan kategori untuk klasifikasi dan deskripsi tubuh manusia saja, tetapi tujuannya untuk mendapatkan apa yang disebut biological  identification tag. Sheldon berpendapat bahwa factor-faktor genetis memiliki peran untuk perkembangan individu dan orang mungkin mendapatkan representasi daripada faktor-faktor tersebut melalui sejumlah pengukuran yang didasarkan pada jasmani. Dalam pandangan Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis , yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar jasmani yang Nampak, dan yang memainkan peranan penting tidak saja dalam menentukan perkembangan jasmani tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku. Somatotipe merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung terutama bersandar kepada pengukur jasmaniah.

Disini akan dibicarakan cara pendekatan Sheldon untuk mengukur aspek jasmaniah individu, dan selanjutnya di kaji usahanya untuk menentukan komponen penting yang menjadi dasar tingkah laku manusia.

1.      Dimensi-dimensi jasmaniah
Sheldon membuat foto-foto tubuh dari depan dan dari samping dengan cara yang di standarisasikan , cara ini disebutnya somatotype performance test. Pertama-tama Sheldon mengumpulkan 4000 foto mahasiswa laki-laki. Foto tersebut diperiksa dan diteliti oleh sejumlah penilai yang ingin mendapatkan variable pokok yang merupakan dasar daripada variasi jasmani. Apabila suatu sifat di anggap merupakan komponen pokok, maka dinilai dengan criteria berikut ini :

1)      Mungkinkah menentukan kedudukan keempat ribu orang dengan sifat-sifat   tersebut ?
2)      Dapatkah penilai-penilai tersebut mencapai persesuaian dalam menentukan kedudukan jasmani atas dasar sifat-sifat tersebut?
3)      Mungkinkah mempertimbangkan variable itu dalam kombinasi dengan variable lain yang telah ditentukan terlebih dahulu ?


a.      Komponen jasmani primer
Setelah dinilai dan diteliti, Sheldon dan para pembantunya menyimpulkan bahwa ada 3 komponen atau dimensi jasmaniah yang menjadi inti dari teknik pengukuran struktur tubuh yaitu :
- endomorphy
- Mesomorphy, dan
- ectomorphy

Istilah tersebut dihubungkan dengan 3 lapisn pembentuk foetus manusia yaitu endoderm,mesoderm dan ectoderm. Dengan demikian maka Sheldon menguraikan 3 pokok jasmani manusia yaitu :
1.      Endomorph ( komponen endomorph dominant )
2.      Mesomorph ( komponen mesomorphy dominant )
3.      Ectomorph ( komponen ectomorphy dominant )

1)      Tipe endomorph
Ditandai dengan alat-alat dalam dan seluruh disgetif memegang peranan terpenting. Nampaknya keluar : lembut, gemuk, berat badan relative rendah



2)      Tipe mesomorph
Ditandai dengan otot-otot, pembuluh darah, jantung dominant. Nampaknya dari luar  kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit.

3)      Tipe ectomorph
Ditandai dengan kulit, system syaraf memainkan peranan penting. Nampaknya dari luar : jangkung, dada kecil, pipi, lemah,otot2 hampir tidak berkembang.

Keempat ribu orang tersebut diukur dengan teliti di atas dasar ketiga komponen pokok. Kemudian sematotipe individu menggambarkan keadaan tubunya dengan angka 3 deret yang menunjukkan 3 komponen tadi. Angka-angka tersebut bergerak dari angka 1 sampai 7, angka 1 merupakan nilai paling rendah dan angka 7 menjadi angka yang paling tinggi. Jika hasilnya 711 maka itu berarti individu tersebut memiliki komponen endomorph tinggi dibanding 2 komponen lainnya.
Sheldon mengatakan bahwa apabila orang mau benar-benar memperoleh perkiraan yang sebaik-sebaiknya tentang morphogenotipesecara ideal, dia tidak hanya cukup hanya menyelidiki individu itu sepanjang sejarah hidupnya, melainkan juga nenek moyang dan keturunannya. Selanjutnya foto individu tersebut harus dibuat berturut-turut secara periodic. Tentu saja apa yang pernah di capai bukanlah sematotipe yang ideal itu.





b.      Komponen jasmani sekunder
3 komponen jasmani sekunder adalah :
1)      Dysplasia = istilah ini di pakai Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidak lengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah pada tubuh

2)      Gynandromorphy = adalah komponen jasmani sekunder yang kedua. Komponen ini menunjukkan sejauh manakah jasmani memiliki sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya.


3)      Texture = komponen jasmani sekunder yang ketiga dan barangkali terpenting , ialah tampang (texture) yang dimaksudkan dengan bagaimana individu itu nampaknya keluar.





c.        Konstansi Somatotipe
Hal yang membedakan ahli psikologi konstitusional satu sama lain adalah sejauh mana klasifikasi dan pecandraan yang didasarkan atas ukuran-ukuran obyektif daripada tubuh itu diharapkan tetap. Sheldon berpendapat konstansi somatotipe itu membutuhkan adanya konstansi dalam makanan dan tak adanya hal-hal yang patologis.

2.      Analisis tingkah laku (kepribadian)
Walaupun telah memiliki alat tetap untuk menilai aspek jasmaniah pada manusia, namun ahli-ahli psikologi konstitusional harus membuat atau meminjam metode lain untuk menilai tingkah laku apabila dia akan benar-benar menyelidiki hubungan antara jasmania dan tingkah laku atau kepribadian. Sheldon menduga bahwa meskipun nampaknya ada banyak dimensi atau variable dalam tingkah laku namun pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang Nampak kompleks itu.
           
1.      Dimensi tempramen

a.      Cara kerja Sheldon.
1.      Sheldon mengumpulkan sifat-sifat yang telah terdapat di dapalam kepustakaan mengenai kepribadian. Dari penelitiannya ia mendapatkan 650 macam sifat. Kemudian sifat tersebut di reduksikan menjadi 50 sifat yang merupakan representasi dari semua sifat tersebut
2.      Kemudian dicari kelompok sifat dengan pedoman : untuk masuk kedalam kelompok harus punya angka koreksi serendah-rendahnya 0,60 dan untuk masuk kedalam kelompok yang berbeda harus punya angka korelasi setinggi-tingginya 0,30. Dari cara tersebut didapat 3 kelompok komponen primer tempramen.

b.      Komponen primer pada tempramen
1.      Kelompok primer tempramen yang pertama disebut viscerotonia, karena kelompok sifat yang dicakupnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat visceral/digestif.
Sifat-sifatnya :
- sikapnya tidak tegang
- suka hiburan
- gemar makan-makan
- tidurnya nyenyak
- bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain

2.      Komponen primer kedua aadalah somatotonia, karena sifat-sifatyang dicakupnya berhubungan dengan dominasi dan anatomi struktur somatic.
Sifat-sifatnya :
- sikapnya gagah
- perkasa
- kebutuhannya bergerak besar
- suka berterus terang
- suara lantang
- nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya.

3.      Komponen primer ketiga adalah cerebrotonia. Karena dikirakanbahwa aktivitas pokok adalah perhatian dengan sadar, serta inibisi teeerhadap gerakan-gerakan jasmaniah.
sifat-sifatnya :
- sikapnya kurang gagah atau ragu-ragu
- reaksinya cepat
- kurang berani bergaul dengan orang banyak
- kurang berani berbicara didepan orang banyak
- kebiasaannya tepat,hidup   teratur.
- suara kurang bebas.
- tidur kurang nyenyak.

Ketiga komponen tersebut merupakan Scale Of Tempramen, yang juga memiliki skala 1-7. Dari sana dipandang dari segi tipologi Sheldon membedakan adanya 3 tipe pokok tempramen yaitu :
1.      Viscerotonia
2.      Somatotonia
3.      Cerebrotonia


c.        Hubungan Antara Jasmani dan tingkah laku (tempramen)
Selama lima tahun Sheldon mengadakan penelitian pada 200 subjek pria kulit putih, terdiri atas mahasiswa. Subjek ini dinilai menurut berbagai dimensi tempramen, setelah diadakan observasi dalam jangka waktu yang lama. Kemudian somatotipe subjek itu ditetapkan menurut caranya.
Dan terbukti bahwa penelitian Sheldon telah berhasil mengukuhkan harapan para psikolog konstitusi bahwa memang ada kontinuitas antara aspek jasmaniah individu atau tingkah laku. Besarnya korelasi yang didapat antara komponen jasmani dan komponen tempramen ukup untuk memperkecil arti korelasi yang dilaporkan dalam penelitian serupa yang berusaha menyelidiki hubungan antara kepribadia dan factor lingkungan dan pengalaman.

d.      Hubungan antara Jasmani dan Gangguan-gangguan Kejiwaan
Penyelidikan Sheldon tidak hanya terbatas pada orang-orang yang normal saja, tetapi meluas juga pada masalah-masalah ketidak normalan.
Hasil penelitian mengenai ini (bersama-sama dengan with kart) diterbitkan pada tahun 1948. Juga dalam penyelidikan mengenai gangguan-gangguan kejiwaan ini Sheldon mengemukakan dimensi-dimensi.Sebagai hasil ppenyelidikannya terhadap gangguan-gangguan kejiwaan selama beberapa tahun Sheldon mengemukakan konsepsi tentang gangguan kejiwaan yang terdiri dari tiga dimensi primer. Ketiga dimensi ini pada pokoknya berhubungan dengan ketegori-kategori yang biasa digunakan dalam diagnosis psikiatris.
            Adapun komponen-komponen psikistris itu adalah:
1.      Affetive, bentuknya yang ekstrem terdapat pada psikosis jenis manis depresif.
2.      Paranoid yang bentuk ekstremnya terdapat pada penderita psikosis jenis paranoid.
3.      Heboid, yang bentuk ekstrimnya terdapat pada penderita hebephrenia, suatu bentuk dari schizophrenia.
Sheldon sendiri menyatakan, bahwa penyelidikan dalam lapangan ini harus masih diuji tetapi  cara yang dipakainya memberi harapan yang baik dimasa depan.
e.       Hubungan antara Jasmani dan Kenakalan (Delinguency)
Dalam lapangan ini Sheldon melakukan penyelidikan selama delapan tahun. Yang diselidiki 400 pemuda (1939 sampai 1942) kemudian untuk penyelidikan lanjutan diselidiki 200 orang diantara mereka. Mereka diselidiki mengenai:
-        Somatotipenya
-        Komponen-komponen tempramenya
-        Komponen-komponen psikiatrisnya
-        Sejarah hidup, yang meliputi:
-        Keadaan kecerdasan dan pendidikannya,
-        Latar belakang keluarganya,
-        Riwayat pengobatan yang dialaminya,
-        Kenakalan- kenakalanya,
-        Tingkah lakunya yang khas.
Dari penyelidikan-penyelidikan itu ternyata, bahwa pemuda-pemuda nakal itu sebagian besar termasuk pada golongan mesomorph yang endomorphis.



3.  Beberapa Perumusan Teoritis
Perlu sekali diingat, bahwa Sheldon bekerja secara induktif dan tidak begitu mementingkan perumusan-perumusan teoritis dan sistematis. Dan dengan jelas dia mengemukakan, bahwa walaupun dia tidak mempersoalkan faktor lingkungan, itu tidak berarti dia menganggap bahwa lingkungan tidak penting.
Dia hanya ingin mengemukakan, bahwa faktor-faktor konstitusional yang biasanya diabaikan dalam psikologi di Amerika Serikat itu juga penting. Dalam hubungan dengan hal-hal diatas itu ada beberapa hal teoritis yang perlu dikemukakan disini:
1.      Faktor-faktor yang menjadi perantara dalam hubungan antara jasmani dan tempramen
Disini diterima adanya hubungan antara komponen-komponen jasmani dan komponen-komponen tingkah laku. Hubungan ini dapat diterangkan dalam berbagai cara:
a.       Individu yang memiliki tipe jasmani tertentu kiranya mendapatkan cara-cara bertingkah laku tertentu yang efektif, sedangkan individu yang bertipe jasmani lain akan harus menggunakan cara-cara bertingkah laku yang lain supaya dapat efektif. Konsepsi ini menunjukan bahwa sukses yang menyertai suatu cara bertingkah laku itu tidak hanya fungsi lingkungan tempat berlangsungnya tingkah laku itu saja, melainkan fungsi orang yang bertingkah laku itu.
b.      Kemungkinan lain ialah, bahwa hubungan antara jasmani dan tempramen diantarai oleh anggapan yang stereotipis yang ada dalam kebudayaan mengenai macam-macam tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu.
c.       Kemungkinan yang lain: pengalaman atau pengaruh lingkungan cenderung untuk menimbulkan tipe tubuh tertentu, ini selanjutnya akan menimbulkan kecendrungan tingkah laku tertentu.
d.      Kemungkinan keempat ialah: hubungan antara bentuk jasmani dan tingkah laku itu karna kerjasamanya faktor-faktor genetis.

2.      Orientasi biologistis dan genetis
Banyak ahli-akli teori kepribadian meletakkan titik berat pendapatnya pada segi-segi psikologis tingkah laku manusia, namun tidak banyak yang metodenya menunjukan keselarasan dengan pangkal dugaan ini. Dalam banyak hal, pendapat Sheldon dapat dianggap mementingkan faktor-faktor biologis sebagai dasar tingkah laku manusia, dan ini nampak juga dari usahanya untuk melakukan pengukuran-pengukuran faktor-faktor biologis itu.





3.      Tekanan terhadap faktor organisasi dan medan
Walaupun sheldon berhasil memisahkan dan mengukur dimensi-dimensi untuk mencari tau tentang jasmani dan tempramen, namundia tidak yakin bahwa penyelidikan dimensi itu satu persatu akan membawa hasil yang baik. Menurut Sheldon pola hubungan antara berbagai variabel itu lebih penting dari pada masing-masing komponen.

4.      Perkembangan Individu
Sheldon mengatakan bahwa kejadian-kejadian tertentu pada masa kanak-kanak mungkin berpengaruh terhadap penyesuaian diri pada masa dewasa. Tetapi dia tidak menganggap bahwa kejadian-kejadian pada masa kanak-kanak yang demikian itu memainkan peranan sebagai sebab. Menurutnya hubungan antara kejadian-kejadian pada masa kanak-kanak dan tingkah laku pada masa sebelumya itu merupakan refleksi daripada faktor-faktor biologis yang bekerja secara tetap dalam jangka waktu yang sama.

5.      Proses tak sadar
Menurut Sheldon, jika individu itu lebih mengenal struktur tubuhnya serta fungsi-fungsi biologisnya ia akan lebih memahami kekuatan-kekuatan yang menggerakan tingkah lakunya. Sheldon menyatakan bahwa ketidak sadaran adalah tubuh dan sebab mengapa begitu sukar orang menyatakan ketidak sadaranya atau hal-hal yang terjadi didalam tubuhnya karna bahasa tidak disusun secara sistematis untu mengatakan apa yang sedang terjadi di dalam tubuh. Jadi dengan membuat somatotip itu dia ingin mencapai apa yang diinginkan oleh ahli-ahli psikoanalisis dengan jalan lebih langsung.


Daftar Pustaka:
Suryabrata, Sumadi.(2007).Psikologi Kepribadian.Jakarta.PT Rajagrafindo Persada
S. Hall, Calvin dan Lindzey Gardner.(1993).Teori-Teori Sifat dan Behavioristik.Yogyakarta.           Kanisius